AS Default, IHSG Jalan Terus?
INILAH.COM, Jakarta Capitol Hill dan Washington DC diprediksi tidak mencapai kata sepakat soal pagu utang hingga 2 Agustus 2011. Default AS pun jadi ancaman bagi pasar finansial. Cukup tahankah IHSG?
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG
Pengamat pasar modal Irwan Ariston Napitupulu mengatakan, berbagai analis sudah memperkirakan, AS tidak akan mencapai kesepakatan mengenai kenaikan batas atas utang AS yang deadline hingga 2 Agustus 2011. Kesepakatan itu menurutnya baru akan dicapai setelah 2 Agustus. Sebab, bargaining anggota Kongres AS sangat kuat.
Setelah itu, lanjutnya, peringkat utang AS bakal di-downgrade dan pada akhirnya negara adidaya itu potensial gagal bayar (default). "Ekonomi AS pun akan goyang dan baru dua pekan kemudian ada deal antara pemerintah Obama dengan Kongres," katanya kepada INILAH.COM.
Kondisi itu, lanjutnya, bisa memicu kerontokan bursa Dow Jones 400-500 poin dalam satu hari. Jika itu yang terjadi, bisa saja support kuat IHSG di level 3.940-3.950 bakal dites dan mungkin saja jebol. "Bila support IHSG tersebut jebol, terbuka kemungkinan IHSG akan kembali mencoba level 3.700-3.800," ungkap Irwan.
Hanya saja, lanjut Irwan, koreksi IHSG tidak berarti kemungkinan AS gagal menaikkan debt ceiling yang bisa memicu Dow Jones rontok 500 poin sama dengan IHSG akan rontok 500 poin. "Ini dua kondisi yang berbeda. Saya hanya mengatakan bahwa support kuat IHSG ada di 3.940-3.950 yang bila dipecahkan ada kemungkinan IHSG mencoba lagi daerah 3.700-an," paparnya.
Mengenai angapan bahwa saat bursa AS terpukul investor kemudian justru beralih ke Indonesia, Ariston melihat ada benarnya. Buktinya, rupiah terus menguat ke bawah 8.500 dan kenaikan IHSG juga jauh lebih pesat dibandingkan bursa Asia lainnya dari level 3.700 pada pekan ketiga Juni ke level 4.177 pada Rabu (27/7).
Apalagi, lanjutnya, saham-saham yang selama ini menjadi penggerak indeks juga melaporkan kinerja keuangan yang meningkat. Apalagi, dengan valuasi yang meski tidak undervalue tapi masih di bawah valuasi wajarnya. "Karena itu, kenaikan indeks ditopang oleh underlying-nya yakni positifnya kinerja emiten," ujarnya.
Pengungsi Kalsel Alami Berbagai Gangguan Kesehatan
Menko Airlangga Sempat Positif COVID-19
Karena itu, Irwan menilai, kenaikan tajam IHSG ke level tertingginya 4.177,74 tidak bubble. Menurutnya, bubble akan terjadi jika Price to Earnings Ratio (PER)-nya sudah mencapai 30-40 kali. Untuk saat ini, PER indeks domestik masih di bawah 20 kali antara 17-18 kali.
Apalagi, PER IHSG akan lebih rendah lagi jika menggunakan PER yang baru setelah semua laporan keuangan emiten kuartal II/2011 dirilis yang rata-rata mencatatkan peningkatan Earnings Per Share (EPS). Ini membuktikan, perekonomian Indonesia sangat maju. "Karena itu, kalaupun AS gagal bayar, masyarakat tak perlu panik selama krisis tersebut tidak memicu krisis di Indonesia," tandas Irwan.
Dalam situasi ini, Irwan merekomendasikan positif saham-saham yang tidak berorientasi ekspor. PT Indofood Sukses Makmur (
PT Adaro Energy (
Menurutnya, aksi beli di saham ini pun sangat kuat di level Rp750-760. "Saya rasa, investor institusi kuat masuk di saham ini. Karena itu, setiap profit taking, jadi momentum tepat untuk masuk kembali," tanas Irwan.
PT Mayora Indah (
Begitu juga PT Japfa Comfeed Indonesia (
Saham-saham Crude Palm Oil (CPO) pun perlu diperhatikan. PT Astra Agro Lestari (
BERITA TERKAIT
BERITA LAINNYA

Razia Prokes, Polisi Bekuk 3 Pengedar Uang Palsu
news 20 Jan 2021 17:11

Komisi III DPR Setuju Komjen Listyo Jabat Kapolri
news 20 Jan 2021 17:00

Petrokimia Gresik Tanam Jagung Perdana di NTB
news 20 Jan 2021 16:58

Begini Aturan Baru di Jalan Sudirman Kota Bogor
news 20 Jan 2021 16:50

SMI Akui Proyek Infrastruktur Dibiayai Duit Utang
news 20 Jan 2021 16:39

Cabuli Belasan Anak, Pria ini Terancam Dikebiri
news 20 Jan 2021 16:00