Dubes Swiss Cari Solusi Neraca Dagang Turun
INILAHCOM, Jaakrta - Pandemi Virus Corona atau COVID-19, berdampak negatif terhadap neraca perdagangan Indonesia dengan Swiss. Mudah-mudahan, COVID-19 segera sirna.
Duta Besar RI untuk Konfederasi Swiss, Muliaman D Hadad menyampaikan, neraca perdagangan Indonesia dengan Swiss mengalami surplus dalam beberapa tahun terakhir. Dan, surplusnya cenderung naik. "Tahun 2019 kita surplus US$500 juta sebelumnya US$400 juta. Artinya masuk tren naik sebelum Corona datang," papar Muliaman melalui Skype, beberapa waktu lalu.
"Kita menduga, ke depan akan sedikit terganggu. Pemerintah Swiss meramalkan akan adanya penurunan aktivitas ekonomi. Seperti diketahui hampir 75% produk Swiss dijual ke Uni Eropa. Dan, sebagian besar bahan baku di Swiss berbagai dari sejumlah negara termasuk Indonesia. Kita tahu, kondisi Uni Eropa kesulitan karena daya beli turun. Sehingga haris diantisipasi penurunan kegiatan ekspor di Indonesia ke Swiss," lanjut mantan Ketua Komisioner OJK ini.
Menurutnya, langkah antisipasi terkait penurunan perdagangan harus dirumuskan. Semisal, pemerintah terus mendorong para pebisnis untuk menjalankan ekspansi bisnis atau dagang dengan negara lain. "Kita mencari alternatif dan peluang, teruatama untuk pengusaha Indonesia agar melakukan ekspansi bisnis di Swiss," ungkap mantan Deputi Gubernur BI termuda ini.
Genjot Ekspor, Bea Cukai Gandeng Sejumlah Instansi
Bea Cukai-BNN Kalbar Musnahkan 9600 Pil Happy Five
Terkait nasib Warga Negara Indonesia (WNI) di Swiss yang terpapar COVID-19, dirinya menyebut tidak ada. Saat ini, sekitar 2.830-an warga Indonesia berada di Swiss. "Alhamdulillah, belum ada yang terpapar COVID-19. Semuanya dalam keadaan sehat. Kita secara rutin melakukan monitoring kepada seluruh WNI di Swiss, baik melalui media sosial (medsos) maupun video conference. Kita lakukan secara rutin, serta ada layanan 24 jam semacam hotline," ungkapnya.
Kata dia, Swiss merupakan salah satu negara terpapar COVID-19 yang cukup parah. Datanya, lebih dari 25 orang terpapar Covid-19, jumlah meninggal lebih dari 900 jiwa. "Ini cukup besar untuk Swiss yang jumlah penduduknya hanya 8 juta," imbuhnya.
"Swiss sudah menerapkan lockdown sekitar sebulan lalu, kemungkinan akan diperpanjang. Walau jumlah penderita COVID-19 cenderung turun. Di satu sisi ada penurunan namun negara tetangga seperti Jerman Perancis dan Itali masih mengalami hal yang serupa (lockdown). Kini semuanya tengah dikaji oleh pemerintah Swiss," kata Muliaman yang hobi berkebun ini. [ipe]
BERITA TERKAIT
BERITA LAINNYA

Hari Ini Jokowi ke Jabar, Bukan Rombak Kabinet
news 21 Apr 2021 06:00

Ekspor XL7 dan Karimun Wagon R Naik di Atas 100%
ototekno 21 Apr 2021 04:30

Bersama Bea Cukai, Pelaku Usaha Dobrak Pasar Dunia
news 20 Apr 2021 23:10

Genjot Ekspor, Bea Cukai Gandeng Sejumlah Instansi
news 20 Apr 2021 22:05

Bea Cukai-BNN Kalbar Musnahkan 9600 Pil Happy Five
news 20 Apr 2021 21:01

Kejar Lifting 1 Juta Barel Perlu Investasi Besar
news 20 Apr 2021 20:30