Kurangi Risiko Penyakit Tidak Menular
INILAHCOM, Jakarta - Penyakit tidak menular, seperti hipertensi, obesitas, diabetes, penyakit paru dan penyakit jantung, tergolong salah satu ancaman kesehatan bagi masyarakat.
Untuk mencegah potensi terjangkit penyakit tidak menular maka gaya hidup sehat sangat diperlukan, seperti tidak merokok, perbanyak olahraga, tidak minum alkohol, dan menerapkan pola makan sehat.
Perubahan gaya hidup tersebut dapat dikategorikan sebagai upaya pengurangan risiko.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia _(World Health Organization/WHO), penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia.
WHO memperkirakan 17,9 juta orang meninggal karena penyakit tersebut di 2016.
Hampir sebagian besar kasus tersebut terjadi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Kebiasaan merokok merupakan faktor risiko yang besar kontribusinya terhadap penyakit jantung.
Peneliti Senior Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Achmad Syawqie mengatakan, upaya pengurangan risiko dapat menjadi salah satu cara bagi perokok dewasa yang mengalami kesulitan berhenti merokok.
Inovasi Insulin Terbaru untuk Terapi Diabetes
Pentingnya Edukasi Gizi
"Bagi perokok yang sulit berhenti, ada opsi mengurangi risiko dengan cara beralih ke produk tembakau alternatif yang lebih rendah risiko, seperti produk tembakau yang dipanaskan dan rokok elektrik. Upaya tersebut telah terbukti dapat mengurangi angka perokok di sejumlah negara, yakni Jepang, Inggris dan Selandia Baru," jelas Syawqie, seperti yang dikutip dari siaran pers, Jakarta, Sabtu, (14/03/2020).
Pernyataan tersebut didukung oleh hasil kajian ilmiah terbaru yang dilakukan YPKP bersama SkyLab-Med di Yunani pada tahun lalu.
Dalam kajian tersebut, YPKP melakukan perbandingan emisi senyawa aldehida yang dihasilkan dari produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, dan rokok melalui vaping machine dan smoking machine.
Di kedua mesin tersebut, YPKP meneliti sebanyak 20 batang tembakau untuk produk tembakau yang dipanaskan, 3-5 ml cairan rokok elektrik, dan 20 batang rokok.
Hasilnya produk tembakau yang dipanaskan dan rokok elektrik memiliki emisi aldehida yang jauh lebih rendah dari rokok.
Artinya, risiko bagi perokok juga menurun jika mereka beralih ke produk tembakau yang dipanaskan maupun rokok elektrik.
"Jika rokok digunakan dengan cara membakar tembakau, maka produk tembakau alternatif hanya memanaskan tembakau sehingga tidak menghasilkan asap, melainkan uap. Karena tidak ada proses pembakaran, produk tersebut tidak menghasilkan abu dan memiliki kadar zat kimia berbahaya dan berpotensi berbahaya yang jauh lebih rendah daripada rokok," papar Sywaqie.
BERITA TERKAIT
BERITA LAINNYA

Kasus Positif COVID-19 di DKI Jakarta Masih Tinggi
news 01 Mar 2021 22:00

170 Penghuni Yayasan Bhakti Luhur Malang Positif
news 01 Mar 2021 21:11

Angka Kesembuhan Kasus COVID-19 Bertambah
news 01 Mar 2021 21:04

Microsoft Siapkan Aplikasi Streaming Game Xbox
ototekno 01 Mar 2021 21:00

Waspada Gelombang Hingga 4 Meter Sejumlah Perairan
news 01 Mar 2021 20:00

Ketua PP Muhammadiyah Sebut Pemahaman Zakat Rendah
news 01 Mar 2021 19:31