Risiko Kekurangan Zat Besi pada Anak Alergi Susu
INILAHCOM, Jakarta - Anak yang tidak cocok susu sapi tetap membutuhkan asupan nutrisi seimbang untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya, tidak terkecuali zat besi.
Namun, perlu Anda ketahui, anak dengan kondisi ini ternyata berpotensi memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami kekurangan zat besi.
Menurut Prof. DR. Dr. Saptawati Bardosono, MSc. yang akrab disapa Prof. Tati, Zat besi merupakan salah satu nutrisi penting untuk mendukung pertumbuhan fisik dan perkembangan fungsi kognitif si Kecil, termasuk bagi anak yang dengan kondisi tidak cocok susu sapi.
Dengan mencukupi kebutuhan Zat Besi pada si Kecil, diharapkan dapat mendukung ia mencapai tumbuh kembang yang maksimal dan terhindar dari dampak buruk akibat kekurangan Zat Besi seperti prestasi akademik yang menurun, mudah terserang penyakit, gangguan permanen pada sistem motorik dan sensorik, serta pertumbuhan fisik yang terhambat.
Kondisi tidak cocok susu sapi adalah salah satu tantangan kesehatan yang sering dialami oleh anak-anak. Gejala yang muncul dari kondisi ini bisa berbeda-beda pada setiap anak, tetapi umumnya berupa ruam merah yang gatal, bengkak, bersin-bersin, pilek, batuk, mata berair, sakit perut, muntah atau diare.
Konsultan Alergi dan Imunologi Anak, Prof. DR. Budi Setiabudiawan, dr., SpA(K), M.Kes menyatakan bahwa selain menimbulkan gejala, kondisi si Kecil yang tidak cocok susu sapi juga membuatnya rentan mengalami kekurangan nutrisi penting, salah satunya adalah zat besi.
Padahal, zat besi merupakan salah satu nutrisi esensial yang dapat mendukung si Kecil yang tidak cocok susu sapi dapat tetap tumbuh maksimal.
"Adanya risiko kekurangan zat besi yang lebih tinggi pada si Kecil yang tidak cocok susu sapi dapat disebabkan karena si Kecil mengalami pembatasan jenis asupan makanan yang tidak sesuai, serta adanya risiko inflamasi pada saluran cerna, sehingga dapat menyebabkan si Kecil tidak memperoleh kecukupan asupan nutrisi penting," jelas Prof. Budi, Jakarta, Rabu, (31/03/2021).
Lebih lanjut Prof. Budi menjelaskan, permasalahan anak yang tidak cocok susu sapi ini tidak bisa diremehkan, karena dampak dan prevalensi-nya yang umum ditemukan pada usia di awal kehidupan. Oleh karena itu, penting untuk memastikan nutrisi yang tepat dan adekuat pada awal kehidupan si Kecil, terutama bagi yang tidak cocok susu sapi.
Ini Konsep Pengurangan Risiko dari Merokok
Wah, Ini Risikonya Kalau Lama BAB di WC Duduk
Di sini, peran penting orang tua khususnya Bunda sangat diperlukan untuk tetap tanggap dalam penanganan kondisi si Kecil. ASI merupakan yang terbaik bagi si Kecil yang tidak cocok susu sapi, segera konsultasikan dengan dokter anak untuk dapat diagnosa dan penanganan yang tepat.
"Bunda dengan kondisi si Kecil yang tidak cocok susu sapi juga tidak perlu khawatir dalam pemenuhan nutrisinya karena sesuai anjuran tenaga kesehatan atau Dokter terdapat beberapa pilihan pengganti protein susu sapi seperti Protein Terhidrolisa Ekstensif atau asam amino. Namun, jika terdapat kendala dalam memperoleh alternatif tersebut dapat diberikan Isolat Protein Soya sesuai dengan anjuran dan edukasi dari Dokter," katanya.
Prof Budi juga menjelaskan bahwa sejumlah penelitian telah membuktikan bahwa pola pertumbuhan, kesehatan tulang dan fungsi metabolisme, penyerapan zat mineral tubuh, fungsi saraf, serta fungsi hormonaldari anak-anak yang mengkonsumsi Isolat Protein Soyatidak berbeda dengan anak-anak yang mengkonsumsi sususapi.
Prof. Tati juga menambahkan bahwa adanya pembatasan makanan yang tidak tepat pada si Kecil yang tidak cocok susu sapi dapat menyebabkan asupan nutrisi zat besi tidak adekuat.
Namun tidak hanya Zat Besi, kombinasi Zat Besi dan Vitamin C dengan rasio yang sesuai dapat membantu meningkatkan penyerapan Zat Besi di dalam tubuh si Kecil.
Oleh karena itu, penting untuk memberikan si Kecil sumber nutrisi yang kaya akan kedua nutrisi tersebut.
"Sumber makanan yang mengandung Zat Besi dapat diperoleh misalnya pada daging merah, ayam, ikan, sayuran dan bisa juga dilengkapi dengan susu berbasis Isolat Protein Soya yang mengandung Zat Besi dan Vitamin C agar ia bisa tetap tumbuh maksimal," papar Prof. Tati.(tka)
BERITA TERKAIT
BERITA LAINNYA

Ini Aturan Baru Larangan Mudik Lebaran 2021
news 23 Apr 2021 13:12

KPK Sebut Azis Syamsudin Bakal Jadi PR
news 23 Apr 2021 13:07

Cadangan Oksigen Nanggala 402 Bakal Habis 72 Jam
news 23 Apr 2021 12:40

Basarnas Terjunkan ROV Bantu Cari KRI Nanggala
news 23 Apr 2021 12:21

SpaceX Bersiap Kirim 4 Astronot ke ISS
ototekno 23 Apr 2021 12:12

KPK Bakal Bawa Penyidiknya Ke Sidang Etik
news 23 Apr 2021 12:02